H.M. Zulkarnain Arief MS, seorang entrepreneur yang sukses merambah
dunia bisnis sampai ketingkat nasional. sosok ini menyimpan segudang pengalaman
kecil yang dinamis karena ia merintis kariernya dari bawah.
Lahir dimakassar, 6 November
1960, Zulkarnain tumbuh dari keluarga yang memiliki darah pejuang. Ayahnya, H. M.
Yasin Arief adalah seorang tokoh yang terlibat langsung dalam perjuangan
kemerdekaan negeri ini.
Sehingga dalam sosok ayahnyalah,
Zulkarnain menemukan watak religius yang kuat. Ibunya dikenal sebagai sosok
pejuang wanita yang cukup dikenal di Makassar, Hj. Soesila Ontong. Bagi
Zulkarnain, Ibu merupakan panutan dalam menjalani hidup.
Anak keempat dari 13 bersaudara
ini sejak kecil tumbuh dengan karakter yang sangat menyukai tantangan dan
keinginan untuk hidup mandiri yang meledak – ledak.
Tahun 1967, Zulkarnain memulai
pendidikannya di SD Negeri Lanto Daeng Pasewang Makassar. Jiwanya yang
menyenangi kebebasan menjadikannya anak yang memiliki sifat tidak menyenangi
aturan yang mengikat kebebasannya. Sejak kecil , ia jatuh hati pada laut.
Jiwanya selalu saja terpanggil untuk selalu dekat dengan deburan ombak dan
gelombang. Tidak mengherankan kalau masa kecilnya ia habiskan dilaut sambil
menyalurkan kegemarannya memancing.
Saking cintanya dengan laut serta
kegemaran memancing inilah menjadikan pendidikan sekolah Zulkarnain
terbengkalai. Saat kelas 3 SD dan menginjak usia 10 tahun, Zulkarnain mulai
jarang masuk sekolah. Hampir tiap hari ia menghabiskan waktunya memancing di laut.
Pagi – pagi betul ia keluar rumah
dengan seragam sekolah yang rapi yang diengkapi dengan segala peralatan sekolahnya, ia pun meminta izin kepada orang
tuanya untuk kesekolah, tapi nyatanya jalannya berbelok kearah jalan menuju
laut. Tas yang ia bawa bukannya berisi buku melainkan berisi alat pancing
favoritnya.
Sementara temannya belajar serius
di sekolah, ia malah asyik memancing dengan sesekali menghisap rokok dari
bibirnya yang merupakan selingan menunggu pancingannya mendapat umpan. Pada
saat itu ia tidak naik kelas.
Zulkarnain kemudian mengalami
perasaan takut yang luar biasa. Ia tidak bisa membayangkan kemarahan ayahnya bila mengetahui ternyata ia gagal
dalam sekolah. Tanpa piker panjang lagi, Zulkarnain kecil mengambil keputusan untuk
lari dari rumah. Bisa dibayangkan umurnya pada waktu itu masih 10 tahun tapi
memiliki nyali untuk dari dari rumah tanpa arah dan tujuan.
Pada akhirnya, Zulkarnain
terdampar di bulukumba kemudian ia berlayar keGalesong, sebuah daerah pesisir
yang terletak di Kabupaten Takalar. Di daerah pesisir itulah, Zulkarnain
kemudian bertemu dengan orang yang kemudian membantunya.
Ia kemudian diajak untuk ikut
melaut dan menjadi nelayan. Zulkarnain yang memang menyukai laut, langsung saja
menerima ajakan itu. Dengan usia yang masih belia, Zulkarnain sudah mulai
ditempa oleh laut.
Namun ia kemudian belajar
bagaimana mempertahankan hidup dalam
kondisi yang terbatas. Laut pulalah yang mengajarkannya keberanian sehingga
tidak takut terhadap tantangan hidup. Sehingga ia kemudian tumbuih dengan sosok
yang tangguh dalam menghadapi pelbagai perjuangan hidup.
Setelah satu setengah tahun
meninggalkan rumah. Zulkarnain pun ditemukan oleh orang tuanya. Pertemuan
tersebut sangatlah mengharukan. Singkat cerita, Zulkarnain kembali melanjutkan
pendidikan dasarnya di Kabupaten Takalar.
Sampai pada tahun 1977 saat Zulkarnain
duduk dibangku SMA, barulah ia merasakan nikmatnya dunia pendidikan sekolah
meskipun tiap harinya harus menembpu perjalanan 2 kilometer ke sekolahnya.
Pada masa itu pula ia menjadi
seorang siswa yang aktif dalam berbagai kegiatan dan keorganisasian. Bakat
intelektual dan aktivisnya mulai bermekaran, bahkan pada sekolah menengah
tersebut Zulkarnain terpilih sebagai ketua OSIS, organisasi yang memberikan
jiwa kepemimpinan siswa.
Pada sisi lain jiwa bisnis telah
terbentuk sejak ia meninggalkan rumah semakin menemukan wujudnya. Saat masih
berstatus pelajar, enterpreneurnya telah mucul. Pada waktu itu , ia telah
memiliki peternakan ayam ras dan bebek.
Tidak tanggung – tanggung, ketika
itu, ia telah memiliki 1000 ekor ayam ras dipeternakan yang ia bangun. Pada
saat itu pula ia telah memperoleh penghasilan tetap perbulan sebagai instruktur
(pelatih) olah raga bela diri karate.
Uniknya yang dilatihnya pada saat
itu adalah aparat kepolisian yang baru dinyatakan lulus. Dengan kata lain, pada
masa sekolah menengah atas inilah Zulkarnain telah meletakkan pondasi
kepemimpinannya baik sebagai entrepreneur maupun sebagai seorang organisatoris.
Setelah menyelesaikan studinya, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas
Muslim Indonesia. Sebenarnya ia sudah dinyatakan bebas tes pada Institut
Pertanian Bogor ( IPB ), namun Zulkarnain tidak tertarik untuk masuk ke
perguruan tinggi tersebut.
Semua itu karena memang sejak
kecil ia telah bercita – cita untuk jadi insinyur dan tertarik pada ilmu – ilmu
yang berkaitan dengan tekhnik.
Dikampusnya itulah, jiwa
enterpreneurnya semakin meluas. Ia mulai menangani proyek pembangunan kampus
dan mendapat keuntungan 25 juta. Pada tahun 1982, ia sudah mengerjakan proyek
pembangunan Sekolah Dasar Pattalasang.
Meski Zulkarnain telah merambah
jauh dalam dunia bisnis konstruksi dan telah menuai hasilnya, namun ia tidak
melupakan dunia pendidikan. Baginya pendidikan adalah hal yang utama.
Setelah Zulkarnain merasa bahwa
usaha dibidang ini semakin berat. Terkadang Zulkarnain merasa prihatin dengan
kondisi tersebut. Apalagi masyarakat sudah terlanjur menilai bahwa dunia jasa
konstruksi adalah dunia yang bergelimang uang.
Padahal, menurut Zulkarnain dunia
usaha konstruksi itu adalah dunia yang sangat tidak pasti. Dunia yang diliputi
oleh pasang surut dan lebih dekat dengan dunia ketidakpastian.
Inilah yang menyebabkan
Zulkarnain secara perlahan mulai melirik ranah bisnis yang lain. Semua ini
dilakukannya, bukan semata – mata untuk dirinya sendiri, namun juga untuk
memberikan pelajaran kepada kalngan muda yang tertarik pada kalangan muda yang
tertarik pada dunia entrepreneur untuk melihat bahwa ada demikian banyak
potensi usaha yang bisa dilakukan dan juga bisa sukses disana.
“Jangan berfikiran hanya menjadi
pemuda pekerja saja, melainkan berfikirlah untuk mempekerjakan orang lain,”
kata Zulkarnain.
Bagi Zulkarnain, Sulawesi selatan
adalah kawasan yang memiliki potensi yang demikian besar dalam peluang usaha.
Namun, apabila tidak dikelola dengan baik oleh bangsa sendiri, tak aka nada faedahnya
bagi kesejahteraan masyarakat.
Selain itu keberpihakan
pemerintahterhadap produk – produk daerah menjadi demikian penting. Dengan begitu,
Zulkarnain berharap banyak entrepreneur baru yang bermunculan. “ Dalam hal ini,
daerah perlu untuk berbenah memperbaiki sistem yang ada,” Kata Zulkarnain.
Pandangan seperti inilah yang
senantiasa diperjuangkan oleh Zulkarnain lewat organisasi Kadin yang
dipimpinnya. Zulkarnain sadar betul kalau masa depan pelaku usaha bergantung
pada sejauh mana pemerintah serta organisasi seperti kadin saling membantu
dalam berusaha menyiasati tantangan dan kendala yang bakal menghadang dunia
usaha kedepan.
Sehingga entrepreneur tidak lagi
berusaha hanya untuk kepentingan dan keuntungannya sendiri. Tapi lebih dari
itu, hendaknya mereka telah bermetamorfosa menjadi entrepreneur yang
dipundaknya ada tanggungjawab besar untuk memajukan dan menciptakan dunia usaha
di Sulawesi Selatan.
(Sumber: Harian Cakrawala, Senin, 12 Maret 2012)